NEWS24.CO.ID - Tim ekonom Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia pada 2022 tidak akan mencapai dua digit, terutama karena dampak inflasi dan tren kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). .
Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan pertumbuhan kredit pada 2022 kemungkinan hanya akan mencapai 9,9 persen. Namun, angka tersebut masih termasuk dalam kisaran proyeksi pertumbuhan kredit perbankan yang dibuat BI sekitar 9-11 persen secara tahunan pada tahun ini.
Read More : Cara Budidaya Lobster Air Tawar di Lahan Terbatas, Mulai dari Pembenihan hingga Panen
"Kami memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2022 sebesar 9,9 persen," kata Dendi dalam Industry & Regional Brief, Senin, 12 September.
Dia juga mengatakan pertumbuhan kredit akan dihadapkan pada sejumlah kendala seperti BI 7-day reverse repo rate reference menjadi 3,75 persen per 23 Agustus dari sebelumnya 3,5 persen.
"Dan ditambah dengan pengetatan likuiditas akibat kenaikan Giro Wajib Minimum. Kenaikan inflasi juga bisa menjadi tantangan lain setelah pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM yang bisa berdampak pada melemahnya daya beli," ujarnya.
Read More : Kemenperin Sebut Industri Makanan dan Minuman di Indonesia Tengah Memasuki Masa Krisis
Kredit macet atau non performing loan (NPL) untuk jenis kredit ini cenderung sedikit naik. Dendi mengatakan, NPL kredit produktif Mei 2022 relatif berada di level 3,5 persen, naik tipis dari rekor April 2022 sebesar 3,4 persen secara tahunan.
Bisnis, kredit ke sektor listrik, gas, dan air di semua provinsi masih mengalami kontraksi, yaitu turun 3,4 persen secara tahunan pada Mei 2022. Sedangkan peningkatannya adalah pinjaman ke sektor pertambangan di Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah masing-masing. - tumbuh masing-masing 29.483,2 persen, 2.211,4 persen dan 685,9 persen. ***