NEWS24.CO.ID - Kadipaten Puro Pakualam Yogyakarta kembali menggelar lomba panahan tradisional yang dikenal masyarakat setempat dengan nama jemparingan, pada Minggu, 26 Juni, di Lapangan Kopertis. Piala Jemparingan Paku Alam kembali digelar setelah dua tahun rehat akibat pandemi Covid-19.
Mewakili Puro Pakualaman Bendara, Pangeran Haryo (BPH) Kusumo Bimantoro mengatakan, acara tersebut digelar dalam rangka memperingati "Hadeging" ke-210 atau hari berdirinya Kadipaten Pakualaman.
Read More : 16 Pantai Terbaik di Indonesia dari Aceh hingga Papua
“Tahun ini kami masih membatasi peserta karena masih dalam masa pandemi,” kata Bimantoro.
Ia mengatakan 160 pemanah—28 di antaranya perempuan—dari 70 paguyuban (perkumpulan) mengikuti kompetisi tersebut. Saat bertanding, para pemanah diwajibkan memakai pakaian ageman atau ala Mataram. Mereka menembak dalam posisi duduk.
“Jemparingan Mataraman merupakan olahraga tradisional yang masih kurang populer di kalangan masyarakat,” ujarnya.
“Penting untuk terus memperkenalkannya sebagai salah satu warisan budaya Mataram.”
Read More : Keindahan Pulau Kumala, Wisata Tenggarong Yang Nyaman Untuk Liburan Keluarga
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Singgih Raharjo, Jemparingan merupakan acara yang menampilkan bagaimana tradisi lama masih ada dan menjadi bagian dari daya tarik budaya Yogyakarta.
“Tidak setiap daerah memiliki akses untuk menyelenggarakan olahraga ini,” katanya.
Usai Piala Paku Alam, pemerintah akan menggelar kompetisi jemparingan untuk memperebutkan Piala Hamengku Buwono.