NEWS24.CO.ID - Setelah menghentikan penjualan produk dan layanan baru di Rusia pada awal Maret lalu, kini Microsoft benar-benar menutup perusahaannya dan merumahkan 400 karyawannya di negara tersebut. Keputusan ini diambil untuk mengurangi bisnis Microsoft di Rusia, lebih dari tiga bulan setelah negara tersebut menginvasi Ukraina.
“Sebagai hasil dari perubahan prospek ekonomi dan dampaknya terhadap bisnis kami di Rusia, kami telah membuat keputusan untuk secara signifikan mengurangi operasi kami di Rusia,” ungkap juru bicara Microsoft dalam sebuah pernyataan kepada Bloomberg News.
Read More : Inilah Bahaya Memakai Aplikasi Bajakan Menurut Praktisi Keamanan IT
“Kami akan terus memenuhi kewajiban kontrak yang ada dengan pelanggan Rusia sementara penangguhan penjualan baru tetap berlaku," imbuhnya. Karena hal ini, sebanyak 400 karyawan akan terpengaruh oleh keputusan perusahaan untuk menghentikan operasi bisnisnya.
Namun, tidak diketahui pasti berapa banyak karyawan yang saat ini bekerja di Microsoft Rusia. CFO Microsoft, Amy Hood, mengungkapkan awal tahun ini Rusia hanya menyumbang kurang dari satu persen dari pendapatan perusahaan.
Kemungkinan besar selain invasi, Microsoft juga melihat penjualannya di Rusia tak sebesar di negara lain alias perkiraan ekonomi yang lebih suram. Microsoft bukanlah perusahaan multinasional besar pertama yang menangguhkan atau menghentikan bisnisnya di Rusia.
Read More : Perusahaan Induk TikTok, ByteDance, Makin Serius Masuki Ruang Virtual Reality
Sebelumnya, banyak juga perusahaan Barat, termasuk Dell, Apple, Nike, dan Adidas yang lebih dahulu memutuskan hubungan dengan Rusia, menutup toko, atau menghentikan penjualan mereka di sana. Demikian dikutip dari The Verge, Kamis, 9 Juni.