NEWS24.CO.ID - Generasi Milenial atau Gen Y kini memasuki masa jayanya. Usia antara 24 sampai 39 dikatakan di mana Anda akan memutuskan bagaimana Anda akan menghabiskan masa pensiun Anda dengan rencana perumahan, keluarga dan barang-barang. Saat ini, usia tersebut sebagian besar berada dalam usia produktif dan sedang mencari untuk membeli rumah pertama mereka.
Oleh karena itu, ada faktor penting yang harus diperhatikan sebelum membeli rumah. Apakah mereka harus membeli yang baru atau yang lama memiliki pertimbangan sendiri seperti harga tag, rencana pembayaran hingga fasilitas.
Read More : Cara Budidaya Lobster Air Tawar di Lahan Terbatas, Mulai dari Pembenihan hingga Panen
Selama tahun 2021, data Jones Lang LaSalle (JLL) menunjukkan calon pembeli cenderung mencari rumah di kisaran Rp 1,3 hingga Rp 2 miliar. Pertimbangan lain dari pembeli tersebut adalah apakah lokasi rumah tersebut sesuai dengan aktivitas dan kebutuhan mereka di masa depan.
Menurut Johanes Thung, Senior Sales and Business Development Pinhome, salah satu yang harus diperhatikan adalah luas tanah dan bangunan. Mungkin untuk keluarga kecil, 60 m per persegi dengan dua kamar tidur mungkin cukup.
Read More : Kemenperin Sebut Industri Makanan dan Minuman di Indonesia Tengah Memasuki Masa Krisis
Namun, ketika keluarga tersebut mulai memiliki anak, kebutuhan mereka akan berubah dan mereka akan membutuhkan lebih banyak kamar dan area yang lebih luas. Fasilitas rumah juga perlu diperhatikan karena akan menunjang aktivitas sehari-hari seperti sistem keamanan, taman bermain.
Johanes Thung juga mengingatkan generasi milenial untuk memikirkan aksesibilitas rumah. Orang yang tinggal di rumah pasti punya tempat tinggal, baik itu untuk bekerja, sekolah, dll. Oleh karena itu, ia menyarankan masyarakat untuk memilih rumah dengan akses transportasi yang mudah seperti jalan utama, halte, stasiun.
Tentang pro dan kontra dalam membeli rumah primer atau sekunder, Thung memberikan pendapatnya mengenai hal itu.
Rumah Utama
Saat membeli rumah baru atau primer, desainnya jelas lebih futuristik atau setidaknya tidak ketinggalan zaman. Ini juga memiliki banyak rencana pembayaran dan administrasi yang lebih mudah dibandingkan dengan yang sekunder.
Sayangnya, rumah jenis ini juga memiliki kekurangan. Biasanya bangunan baru masih dalam proses pembangunan, sehingga tidak bisa langsung digunakan dan dengan banderol yang mahal pula. Kecuali masih dalam proses pengembangan konsep, rumah baru ini bakal bikin kocek kocek.
Rumah Sekunder
Jangan tertipu hanya karena seseorang pernah tinggal di sini berarti rumahnya tidak cukup bagus. Sebaliknya, rumah sekunder ini akan membuat dompet Anda sesak napas karena biasanya lebih murah daripada membeli yang baru. Harga diukur dengan luas tanah dan bangunan, sehingga lebih fleksibel dari segi harga.
Seringkali rumah tipe ini memiliki lokasi yang strategis namun dengan jenis rencana pembayaran yang terbatas. Mungkin juga perlu renovasi, tergantung kondisi saat orang membelinya.
Setelah memutuskan rumah mana yang akan dibeli, langkah selanjutnya adalah mencari tahu berapa biaya dan biaya administrasi serta syarat dan ketentuan pembelian rumah tersebut.
Rumah primer cenderung menutupi uang muka atau uang muka, pajak bangunan dan tanah (BPHTB), Akta Jual Beli (AJB), transfer kepemilikan dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Ada juga uang yang dibelanjakan untuk furnitur untuk mengisi rumah dan perawatan.
Dibandingkan dengan itu, rumah sekunder akan memiliki biaya tambahan untuk menutupi biaya penilaian dan notaris dan biaya renovasi.