NEWS24.CO.ID

Nasional

Maestro Islamidar Diapresiasi Negara, karena Lestarikan Seni Tradisi Sampelong

NEWS24.CO.ID

Maestro seni tradisional Islamidar (Tuen) bersama dengan rombongan Kemendikbud RI dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Limapuluh Kota Hj. Indrawati, M.Pd saat berkunjung ke kediaman Islamidar untuk menyerahkan dana apresiasi maestro ke-14 tahun di Jorong Talang, Nagari Talang Maur, Kecamatan Mungka Maestro seni tradisional Islamidar (Tuen) bersama dengan rombongan Kemendikbud RI dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Limapuluh Kota Hj. Indrawati, M.Pd saat berkunjung ke kediaman Islamidar untuk menyerahkan dana apresiasi maestro ke-14 tahun di Jorong Talang, Nagari Talang Maur, Kecamatan Mungka
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID -Jarang terjadi, Seni tradisi adalah salah satu kekayaan bangsa. Tak banyak orang yang menjaga dan melestarikan keberadaannya. Di antaranya adalah Islamidar. Di usia 81 tahun, Tuen begitu Islamidar biasa sapa kalangan pegiat seni tradisi Minangkabau, masih tetap konsisten dengan tradisi sampelong. Alasan itu pula predikat Maestro disematkan pada dirinya sejak tahun 2007 silam. Negara pun memberikan apresiasi terhadapnya.

Pada tahun 2021 ini, dana apresiasi yang ke-14 tahun diserahkan langsung kepada Islamidar. Sebanyak Rp25 juta dana apresiasi dari pemerintah yang diberikan kepadanya setiap tahun. Pejabat Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia datang langsung ke kediaman Tuen Islamidar di Jorong Talang, Nagari Talang Maur, Kecamatan Mungka, Kabupaten Limapuluh Kota pada Senin (24/5/2021). Rombongan dari Jakarta diantarkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Limapuluh Kota, Hj. Indrawati Munir, M.Pd.


Read More : AHY Terpilih Kembali Jadi Ketum Demokrat, Perkuat Jalinan dengan Prabowo

Kunjungan Ditjen kebudayaan ke Limapuluh kota dalam rangka pelestarian budaya daerah berikut seni tradisi yang masih bertahan. Dalam hal pelestarian budaya, alat musik sampelong dan pelaku seni Islamidar. Sampelong adalah seni tradisi Minangkabau yang asli berasal dari Nagari Talang Maur, kampung asal Tuen Islamidar. Alat musik tiup bambu yang cirinya berbeda dengan seruling, bansi dan serunai itu digunakan dulunya di gubuk-gubuk kampaan gambir. Juga ada unsur magis saat membawaknnya kala itu.

"Kita masih mempertahankan dan memiliki pelaku seni tradisi ini. Juga menjadi perhatian bidang kebudayaan di dinas kita agar setiap tradisi yang ada memiliki generasi penerus," sebut Kadis Pendidikan Kabupaten Limapuluh Kota Indrawati didampingi Kepala Bidang Kebudayaan Ridwan Reta dalam kunjungan itu, sebagaimana dikutip dari Minangkabaunews.

Dalam kesempatan itu, Kepala Pokja Apresiasi Kebudayaan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbud Ristek, Agus Hermanto menyerahkan langsung dana apresiasi ke- 14 kepada Maestro Seni Tradisi Islamidar sebesar Rp 25 juta. Tahun-tahun sebelumnya, dana apresiasi itu dikirim langsung ke Rekening Islamidar yang lahir pada 16 Juli 1941.

"Kami melihat kesenian sampelong ini merupakan kesenian tradisional dengan nilai budaya lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Santunan tersebut sebagai bentuk apresiasi kita kepada pak Islamidar sebagai Maestro pada kesenian ini," kata Agus Hermanto didampingi Anggota Pokja Apresiasi Kebudayaan, Bobby Fernandes.

Ditambahkan Agus, seni musik sampelong diharapkan dalam perkembangannya tidak mengalami pergeseran fungsi sesuai dengan perkembangan zaman. Di tengah-tengah arus globalisasi dan semakin maraknya seni budaya modern kesenian tradisional masih dapat eksis dan bertahan sebagai salah satu warisan budaya yang mengandung nilai-nilai budaya lokal yang harus terus dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat.

"Semoga sampelong terus menjadi tradisi yang dipertahankan dan menjadi perhatian Dinas Pendidikan di bawah Bidang Kebudayaan di daerah," ujar Agus.

Read More : Jaksa Ungkap Skandal Korupsi PT. Pertamina, Dirut Kedua Ditetapkan Tersangka

Turun ke Anak Cucu

Islamidar tidak saja pakar dalam memainkan sampelong, tetapi juga ahli memainkan talempong, gendang, akordeon, biola dan lainnya. Dia juga pandai berdendang. Cakrawalanya di bidang seni sangat luas dan dalam. Keunggulannya dalam memainkan alat musik seni tradisi Minangkabau telah mengantarkannya lebih ke 25 negara di berbagai benua.

Kemahiran Islamidar memainkan berbagai alat musik seni tradisi turun ke anak dan cucunya. Islamidar mimiliki 5 anak, yakni Farida Hanim, Ahmad Yuslim (Oyong), Rahmi Lenggo Geni, Derri Ganto Sori dan Renti Elsa Betti. Cucunya 12 orang. Sedangkan istri tercintanya Tati Farida sudah dipanggil Sang Khalik pada Mei 2020.

Ahmad Yuslim alias Oyong, anak ketiga Islamidar adalah sosok baru dari Tuen Islamidar. Darah seni Tuen deras mengalir pada Oyong, satu-satunya anak laki-laki Islamidar. Kemampuan seni tradisi itu sebenarnya juga dimiliki oleh empat anak perempuan Tuen lainnya. Tapi, memang Oyong yang komplit kemampuannya. Dari kemampuannya itu Oyong juga sering tampil di Jakarta, Batam, Bandung, Medan, Palembang, Pekanbaru, Padang dan berbagai kota besar lainnya di Indonesia. Dia juga sudah kerap tampil di Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam dan bahkan juga pernah ke Eropah. Seni tradisi juga diajarkan oleh Islamidar ke orang-orang kampungnya. Karena itu pula beberapa orang dari mereka ikut tampil ke beberapa negara di Eropah bersama Islamidar di tahun 1980-an dan 1990-an.

Darah seni tradisi Tuen juga turun ke cucunya, seperti Aini, Juan, Hafis, Tauhid, Faruq, Fatan, Wafi dan lainnya. Mereka rata-rata juga sudah bisa memainkan alat musik seperti sampelong, talempong, bansi, gendang dan lainnya. Kemampuan mereka terus diasah. Mereka pun sering tampil dalam berbagai acara. Saat rombongan Kemendikbud RI dan Dinas Pendidikan Kabupaten Limapuluh Kota datang berkunjung, dua cucu Tuen Islamidar menyambut mereka dengan permainan alat musik. Mereka adalah Aini dan Juan. (Jernihnews.com/yon erizon)

Loading...

Related Article