NEWS24.CO.ID

International

Otoritas China Perintahkan Logo Halal di Beijing Diganti Dengan qing zhen

NEWS24.CO.ID

Logo halal di China diganti dengan qing zhen (foto. reuters) Logo halal di China diganti dengan qing zhen (foto. reuters)
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID -Otoritas China memerintahkan restoran dan kedai makanan menghapus logo halal dalam tulisan arab, dan simbol-simbol lainnya yang terkait dengan Islam. Keputusan ini dibuat untuk perkuat identitas China di wilayahnya.

Dari Reuters menyebutkan bahwa restoran dan kedai makanan di China didatangi pemerintah dan meminta seorang manajer di sebuah toko mi di Beijing untuk menutup logo halal yang ditulis dalam bahasa arab pada papan tokonya. 

Ada 11 restoran dan toko yang menjual produk halal di Beijing yang didatangi. Dan pengakuan ini diungkapkan oleh salah seorang manajer mi di Beijing.

"Mereka bilang, itu adalah kebudayaan asing dan kalian harus lebih menggunakan kebudayaan China," ujar pria yang enggan mengungkap identitasnya tersebut, dari laman republika.co.id pada Kamis (1/8/2019).

Seorang manajer di sebuah restoran yang masih memajang logo halal dalam bahas arab mengatakan, dia telah diperintahkan untuk menghapus logo tersebut. Sementara, beberapa toko besar yang dikunjungi Reuters telah mengganti logo halal dalam bahasa arab menjadi tulisan "qing zhen" yang artinya halal dalam bahasa China. Restoran lainnya memilih untuk menutupi logo halal dengan selotip atau stiker.


Pemberantasan tulisan Arab dan gambar bernapas Islam ini dianggap sebagai babak baru dari kampanye untuk memastikan penyesuaian agama dengan kebudayaan China.

Digencarkan sejak 2016, kampanye itu juga mencakup pencabutan kubah-kubah bergaya Timur Tengah di masjid dan menggantinya dengan pagoda khas China.

China terdapat rumah bagi 20 juta umat Muslim dan secara resmi menjamin kebebasan beragama. Namun, kampanye pemerintah tersebut telah membawa agama agar sejalan dengan ideologi Partai Komunis. Selain umat Muslim, pihak berwenang China juga telah menutup dan menghancurkan gereja yang dianggap ilegal. 

Namun, Muslim mendapatkan sorotan khusus sejak 2009, ketika bentrokan pecah antara minoritas Muslim Uighur dan mayoritas Han China di Xinjiang.


Geram dengan kendali kuat pemerintah, sejumlah anggota komunitas Uighur melakukan serangan dengan pisau dan bom mobil di tempat-tempat umum.

Sebagai balasan, aparat China menggencarkan operasi "pemberantasan terorisme" di Xinjiang. Belakangan, China juga dilaporkan menahan jutaan orang Uighur di kamp re-edukasi, di mana minoritas Muslim itu dipaksa menanggalkan kepercayaannya.

Sejumlah analis menganggap China mulai khawatir dengan perkembangan pengaruh asing yang akhirnya dapat membuat kelompok-kelompok keagamaan sulit diatur.

"Arab dilihat sebagai bahasa asing dan pengetahuan akan bahasa itu dapat dilihat sebagai sesuatu yang di luar kendali negara," ujar ahli antropologi dari Universitas Washington, Darren Byler.

Ia kemudian mengatakan, "Bahasa itu juga dianggap berkaitan dengan kesalehan, yang di mata otoritas negara dianggap sebagai ekstremisme keagamaan. Mereka ingin Islam di China beroperasi menggunakan bahasa China."

Komite Agama dan Etnis Beijing menolak berkomentar. Mereka hanya mengatakan bahwa perintah terkait restoran halal tersebut merupakan urusan pemerintah pusat.

Para pemilik restoran sendiri mengaku tak masalah jika disuruh mencopot simbol-simbol asing tersebut. Namun, para pelanggan mereka kebingungan, dan sebagian lainnya menganggap otoritas ingin "menghapus" kebudayaan Muslim.

 

Loading...

Related Article