NEWS24.CO.ID - Seorang peneliti tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, mengatakan bahwa tsunami setinggi 10-15 meter berpotensi menyerang Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo, Yogyakarta.
Menurut Widjo, sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyimpulkan bahwa tabrakan dua megathrusts di bagian selatan Jawa memiliki potensi untuk menghasilkan gempa bumi yang kuat dengan skala 9 pada skala Richter dan hal tersebut mungkin memicu tsunami.
"Topografi bawah laut menunjukkan palung laut dalam di daerah subduksi, dan ada potensi gempa kuat," kata Widjo dalam diskusi sambilan mengenai mitigasi tsunami di Indonesia di Yogyakarta, Senin, 14 Januari.
“Landasan pacu bandara hanya berjarak 300 meter dari pantai pantai. Secara ilmiah, itu akan tenggelam, ”kata Widjo.
Berdasarkan peta sumber gempa pada tahun 2017, Indonesia memiliki lima megathrust, seperti di Enggano, Selat Sunda, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sunda. Panjangnya di atas 2.000 kilometer. "Megathrust terdekat adalah Jawa Barat dan Jawa Timur."
Widjo telah membuat model gempa dan tsunami potensial dari bandara NYIA sejak 2013. Potensi gempa dan tsunami bisa serupa dengan tsunami Tohoku atau Sendai di Jepang pada Maret 2011 yang merupakan tsunami paling mematikan di abad ke-21.
Karena itu, Widjo mengingatkan pemerintah untuk menyiapkan mitigasi potensi gempa dan tsunami. Dia mengaku belum memberi informasi tentang studi yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan atau operator bandara milik negara Angkasa Pura I mengenai potensi gempa dan tsunami.
Sementara itu, AP sebelumnya mengklaim bahwa perusahaan memiliki sistem mitigasi bencana konstruksi NYIA. Sekretaris Perusahaan AP I Israwadi bandara dibangun pada ketinggian tertentu di atas permukaan laut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli yang menganalisis masalah ini di Jepang. Namun, Widjo mempertanyakan ahli yang dimaksud.
NEWS24.CO.ID/RED/DEV