NEWS24.CO.ID

Economy

Para Ahli : Rupiah Terus Menguat Ditengah Ketidakpastian Global

NEWS24.CO.ID

Rupiah Rupiah
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID - Nilai rupiah terhadap dolar AS naik pada minggu pertama 2019 setelah mengalami depresiasi berat tahun lalu, dengan para analis memproyeksikan bahwa mata uang tersebut dapat terus menguat meskipun ada ketidakpastian global.

Data dari Kurs Dolar Antar Bank Jakarta menunjukkan rupiah diperdagangkan pada 14.465 terhadap dolar AS pada 2 Januari 2019. Rupiah terus menguat pada hari Rabu, diperdagangkan pada 14.120 per dolar AS.

Posisi kuat rupiah pada awal 2019 turun ke beberapa faktor, seperti data ekonomi makro yang baru diterbitkan yang diterima secara positif dengan meningkatnya ketidakpastian dalam ekonomi global, kata Piter Abdullah Redjalam, seorang direktur penelitian di Pusat Reformasi Ekonomi. Indonesia.

"Perbaikan dalam indikator ekonomi [Indonesia] di tengah perlambatan ekonomi utama mendorong sentimen positif di antara investor asing dan mendorong aliran modal masuk ke pasar keuangan Indonesia," kata Piter kepada The Jakarta Post pada hari Rabu.

Dia mengatakan prospek negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Cina, yang keduanya telah terlibat dalam perang tarif, tetap tidak menguntungkan.

Pada hari Selasa, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pandangan yang sama, bahwa perkembangan positif baru-baru ini dalam ekonomi domestik berarti itu dirasakan oleh investor asing dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.

“Indonesia diperlakukan secara berbeda [oleh investor asing] sebagai pasar berkembang dengan pertumbuhan yang relatif tinggi dan kebijakan fiskal serta moneter yang stabil selama gejolak keuangan di pasar global pada tahun 2018,” katanya, merujuk pada periode ketika modal asing mengalir keluar negara berkembang.

Menurut data awal Departemen Keuangan, pendapatan pada tahun 2018 adalah Rp 47,6 triliun (USD 3,37 miliar) di atas target Rp 1,89 kuadriliun dalam anggaran negara. Peningkatan tersebut disebabkan oleh surplus dalam pendapatan non-pajak karena harga minyak yang lebih tinggi dari yang diharapkan, di antara faktor-faktor lainnya.

Pengumpulan pendapatan ditambah dengan catatan yang baik dalam pengeluaran juga membantu mempersempit defisit fiskal menjadi 1,76 persen dari produk domestik bruto, lebih rendah dari yang ditargetkan 2,19 persen dalam anggaran negara 2018.

Namun Piter, mengatakan fenomena seperti itu mungkin tidak terulang tahun ini jika apresiasi rupiah jauh dari asumsi 15.000 per dolar AS dalam anggaran 2018. Dia memproyeksikan bahwa rupiah mungkin melayang antara 14.200 dan 14.300 per dolar AS sepanjang 2019.

Apresiasi rupiah disertai dengan penumpukan cadangan devisa, yang secara konsisten membaik sejak September. Per Desember, cadangan mencapai $ 120,65 miliar dari $ 117,2 miliar sebulan sebelumnya, data Bank Indonesia menunjukkan.

Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan, penerbitan obligasi pemerintah senilai $ 3 miliar baru-baru ini sebagai bagian dari program pra-pendanaan APBN 2019 ditambah dengan pertukaran mata uang asing oleh bank sentral telah membantu melunakkan dampak arus keluar modal pada bulan Desember. Selama bulan itu, arus keluar senilai $ 350 juta dicatat di pasar modal domestik.

Satria memproyeksikan bahwa tren positif dalam cadangan devisa dapat berlanjut karena pemerintah akan menerbitkan sukuk berdenominasi dolar AS pada kuartal pertama.

"Selain itu, arus masuk modal harus tetap kuat pada kuartal pertama karena sikap kebijakan dovish Federal Reserve AS akan membebani dolar AS dan mendukung mata uang pasar berkembang," tulisnya dalam catatan penelitian.

Satria menambahkan volatilitas tersirat dari rupiah, yang berdiri di 8,6 persen pada Desember, lebih tinggi dari rata-rata 2018 pada 7,24 persen, dapat menurun karena tangan BI yang tumbuh di pasar forward domestik yang tidak dapat dikirim.

 

 

 

NEWS24.CO.ID/RED/DEV

Loading...

Related Article