NEWS24.CO.ID

Techno

Waw, Ilmuwan China Dikabarkan Berhasil Ubah Tembaga Jadi Emas

NEWS24.CO.ID

Ilustrasi Ilustrasi
https://swastikaadvertising.com/

NEWS24.CO.ID - Sebuah langkah besar, ditempuh para ilmuwan China. Mereka dikabarkan menemukan cara untuk mengubah tembaga menjadi logam yang hampir identik dengan emas.

Dalam makalah yang terbit di Science Advances disebutkan, para ilmuwan China membombardir atom tembaga dengan plasma argon berenergi tinggi. Cara itu dikabarkan mampu merubah struktur elekron logam.  Titik beku pada nol valensi oleh proses ini, tembaga menjadi kurang reaktif dan mulai berubah menjadi logam mulia seperti emas atau perak.

"Nanopartikel tembaga mencapai kinerja katalitik yang sangat mirip dengan emas atau perak," jelas tim ilmuwan dalam pernyataan yang diposting di situs web akademi dan diberitakan IFL Science, yang dilansir kompas.com.

"Setelah diproses, terbukti tembaga dapat diubah dari 'ayam' menjadi 'phoenix',” ujar para ahli mengibaratkan.

Namun, temuan ini tidak akan membuat ahli kimia tiba-tiba menjadi kaya raya karena bisa mengubah tembaga menjadi emas palsu. Para ahli menilai, temuan ini merupakan sebuah langkah penting dan menguntungkan untuk menghadapi tantangan dunia modern.

Seperti diketahui, selain karena nilainya yang tinggi, emas dan perak juga memiliki sifat khas sendiri. Yakni tahan terhadap oksidasi serta reaktivitas yang rendah. Dua sifat ini  membuat emas dan perak sempurna untuk keperluan industri.

Logam mulia juga bisa digunakan dalam proses kimia canggih yang dapat mengubah batubara menjadi sumber daya yang berguna seperti etanol.

"Pemanfaatan sumber daya batubara yang bersih untuk mensintesis bahan kimia bernilai tinggi sangat diinginkan dengan meningkatnya masalah energi dan lingkungan," jelas ahli.

"(Metil glikolat) adalah zat penting yang mahal dibanding zat lain yang bisa digunakan untuk sintesis produk farmasi, bahan kimia, dan parfum. Namun, (metil glikolat) sulit diperoleh melalui katalis tembaga. Jadi, pengembangan katalis yang efisien untuk mengendalikan dan mengatur produk masih menjadi tantangan besar bagi akademisi dan industri," tutup mereka. ***

NEWS24.CO.ID/RED/SIS

 

Loading...

Related Article